A. Misi
Nabi Muhammad SAW untuk menyempurnakan akhlak, membangun manusia mulia dan
bermanfaat
Perjuangan Rasulullah saw. mengalami
cobaan bertubi-tubi serta gangguan dan ancaman. Akan tetapi, Rasulullah saw.
tetap sabar dan tabah. Gangguan tersebut berupa cemoohan, caci maki, dan
diolok-olok serta yang paling kejam adalah orang kafir berniat membunuh Nabi
Muhammad saw. Beliau tetap sabar dan tabah, bahkan tidak henti-hentinya
berjuang menegakkan agama dan terus melaksanakan perintah Allah swt. Akhirnya,
Rasulullah saw. pun berhasil dalam mengembangkan agama Allah swt. dan merombak
kejahiliahan menjadi orang yang menjalankan agama Islam dengan tekun, aman, dan
tenteram.
Karakter yang paling menonjol dan
kepribadian Nabi Muhammad saw. adalah akhlak yang tiada bandingnya. Akhlak Nabi
sangat agung dan melebihi semua akhlak seorang manusia mana pun. Sampai-sampai
Allah pun memuji akhlak Nabi dengan firman-Nya: “Dan sesungguhnya engkau
benar-benar berbudi pekerti yang luhur.” (Q.S. al-Qalam (68): 4).
Dalam suatu perjalanan menjelang
Fathu Mekah (perigislaman kota Mekah) Nabi Muhammad saw. bertemu Abu Sufyan bin
Hans bin Abdul Mutalib dan Abdullah bin Abi Umayyah. Keduanya adalah anak paman
beliau dan anak bibi beliau yang paling keras permusuhannya terhadap beliau di
Mekah. Beliau berpaling dan keduanya sehingga Au bin Abi Talib memberi isyarat
kepada anak pamannya itu, “Datangilah beliau dan hadapannya dan katakan
kepadanya apa yang pernah dikatakan oleh saudara-saudara Yusuf a.s.: “Mereka
berkata, “Demi Allah, Allah telah melebihkanmu di atas kami, dan sesungguhnya
kami adalah orang-orang yang salah.” (Q.S. Yüsuf (12): 91).
Nabi sebenarnya tidak rela jika ada
orang yang lebih baik jawabannya. Akhirnya, Abu Sufyan melakukan itu, sehingga
Nabi menjawab, “Tidak ada dosa atas kalian pada hari ini, Allah akan mengampuni
kalian, dan Dia adalah Pengasih yang Paling Pengasih.” (Q.S. Yüsuf (12): 92).
Akhlak Nabi Muhammad saw. adalah
keistimewaan kepribadiannya yang terbesar. Hal ini menunjukkan, seakan-akan
beliau sendiri membatasi tugas risalahnya dengan sabdanya, “Aku ini diutus
tidak lain kecuali untuk rnenyempurnakan akhlak yang mulia.” Kenyataannya, kita
tidak dapat mengambil gambaran yang utuh tentang akhlak Nabi kecuali jika kita
memahami Al-Qur’an dan Sunah serta hal-hal yang berkaitan dengan sejarah
hidupnya. Istri Nabi, Aisyah, menggambarkan akhlak Nabi dengan perkataannya
bahwa akhlak Nabi itu adalah A1-Qur’an. Artinya, bahwa semua ketentuan yang ada
dalam Al-Qur’an merupakan cerminan dan akhlak Nabi.
Di antara akhlak Rasulullah saw,
yang sangat menonjol adalah kesabaran, kasih sayang, kelembutan, kejujuran,
kemuliaan, kedermawanan, dan kerendahan hati. Semua akhlak tersebut ditempatkan
pada tempathya atau sesuai dengan situasi dan kondisinya. Nabi adalah tolok
ukur yang sifat, sikap, serta tindakannya digunakan untuk mengukur akhlak
manusia dan dengan sifat, sikap, dan tindakan itu juga batas-batas setiap
akhlak manusia menjadi jelas, sehingga suatu akhlak tidak boleh melampaui
akhlak yang lain.
Dengan berbekal akhlak yang agung
itulah Nabi Muhammad saw. diutus oleh Allah untuk memperbaiki akhlak
manusiahingga mencapai kesempurnaan akhlak yang menjadi bagian dan ketinggian
tingkat manusia dibandingkan dengan makhluk lain. Dengan akhlak terpuji dan
mulia inilah, manusia dapat menjadi makhluk yang mulia dan bermanfaat bagi
manusia khususnya dan umumnya bagi makhluk lainnya.
Untuk membangun manusia yang
muliadan bermanfaat sehingga mencapai kesempurnaan akhlak, kita harus
meneladani akhlak Rasulullah saw. dalam berbagai sifat, sikap, dan tindakannya
B. Misi
Nabi Muhammad SAW sebagai rahmat bagi alam semesta, pembawa kedamaian,
kesejahteraan, dan kemajuan masyarakat
Kehadiran Nabi Muhammad saw. dengan membawa agama Islam di
tengah-tengah peradaban umat manusia memberikan hikmah yang sangat besar bagi
manusia dan dunia pada umumnya. Peperangan yang terus-menerus terjadi di
Jazirah Arab terhenti dengan datangnya Islam. Untuk pertama kalinya bangsa Arab
merasakan kedamaian dan ketenteraman di bawah naungan Islam.
Sebelum kedatangan Islam, bangsa Arab tidak pernah
merasakankeamanan dan kedamaian. Perampokan dan pembunuhan hampir setiap han
menghiasi kehidupan mereka. Perzinaan juga merupakan suatu hal yang biasa.
Seorang perempuan yang sudah resmi menjadi seorang istri diizinkan oleh
suaminya untuk berhubungan dengan lakilaki lain untuk mendapatkan keturunan
yang lebih baik. Seorang lakilaki dapat menikahi perempuan berapa pun jumlahnya
(poligami). Di samping itu, banyak orang tua yang membunuh anak perempuannya,
karena kehadiran anak perempuan dianggap aib keluarga. Aihasil, bangsa Arab
pada waktu itu sangat merendahkan martabat kaum perempuan. Bangsa Arab juga
mentradisikan perbudakan. Mereka memperlakukan budak secara tidak manusiawi.
Mereka juga percaya takhayul dan bersikap kasar.
Dari gambaran singkat tersebut, para sejarawan mencatat
bangsa Arab pada waktu itu (sebelum Islam) berada pada lembah kegelapan yang
jauh dan niai-nilai kebenaran. Dengan kata lain, mereka berada dalam kebodohan.
Karena itu jaman mereka disebut dengan zaman jahiliah.
Kehadiran Nabi di tengah-tengah bangsa Arab membawa
perubahan yang sangat revolusioner. Kepribadian Nabi yang sangat menakjubkan
membuat daratan Arab nampak cemerlang dengan cahaya Islam, sehingga setiap
partikel pasir seolah-olah memantulkan cahaya kebenaran. Rasulullah saw. dapat
mempersatukan seluruh suku dan bangsa. Rasa permusuhan antarsuku menjadi padam
dengan kehadiran beliau. Untuk pertama kalinya Rasulullah mempersembahkan
piagam perjanjian yang tertulis kepada dunia, yang memberikan jaminan keamanan,
hak milik, dan agama bagi kedua kelompok di Madinah pada waktu itu, yakni
kelompok muslim dan non-muslim,
Sesudah mengadakan perjanjian dengan pihak Yahudi, maka
beliaulah yang pertama dan utama dalam memaparkan perdamaian yang abadi antara
agama-agama yang bertentangan. Nabi juga menghendaki perdamaian dengan golongan
Kristen. Nabi menghilangkan diskriminasi sosial dalam memberi perlindungan, dan
tidak menjelek-jelekkan para nabi sebelumnya. Nabi justru mengajarkan keimanan
kepada para nabi yang sekaligus menjadi kewajiban bagi umat Islam. Untuk lebih
jelasnya lihat Q.S. Au ‘Imran (3) ayat 64-80.
Perempuan diberikan hak yang sama seperti halnya laki-laki.
Perempuan berhak memiliki sesuatu dan menjaga hak miliknya. Nabi mengajarkan
bahwa menghormati perempuan adalah salah satu ajaran Islam yang penting. Beliau
bersabda: “Surga itu berada di bawah telapak kaki para ibu.” Beliau juga
bersabda: “Orang yang terbaik di antara kamu adalah orang yang memperlakukan
istrinya (dan keluarganya) dengan cara yang paling baik.” Sejak ini pula
pembunuhan terhadap anak perempuan terhenti.
Nabi Muhammad saw. adalah orang pertama dalam sejarah dunia
yang melarang sistem perbudakan. Jauh setelah beliau, barulah negaranegara
Barat mengumumkan untuk menghapus perbudakan. Nabi menyatakan bahwa di sisi
Allah tidak ada ibadah yang diridai daripada memerdekakan budak. Nabi adalah
yang pertama kali mengawini janda bekas budaknya yang telah dimerdekakan, yaitu
Zaid bin Harisah (yang menjadi anak angkat Nabi). Hal ini dijelaskan dalam
Al-Quran Surah al-Ahzãb (33) ayat 37.
Nabilah yang pertama menghapus perbedaan sosial dengan
mengumandangkan firman Allah: “Orang yang paling mulia di antara kamu adalah
orang yang paling takwa.” (Q.S. al-Hujurãt (49): 13). Nabi membangun suatu
persaudaraan antarbangsa dan antarsuku yang mempersatukan antara yang tinggi
dan yang rendah, yang kaya dan yang miskin, yang berkulit putih dengan yang
berkulit hitam, dan seterusnya.
Dan segi politik, Nabi memberi hak yang sama kepada setiap
orang. Masyarakat diberikan hak suara yang sama dalam menentukan kebijaksanaan
negara. Hal ini dapat diteliti dan berbagai musyawarah yang diselenggarakan
oleh Nabi.
Nabi juga seorang pembaru yang besar dalam bidang ekonomi.
Di zaman sekarang, Nabi dapat digelari sebagai ahli ekonomi yang ulung.
Sebelumnya, ekonomi bangsa Arab dikuasai oleh sekelompok orang yang
mempraktikkan nba. Karena itulah, Islam kemudian mengharamkan nba. Sistem
ekonomi Islam dibangun untuk mendukung kaum miskin, yakni dalam bentuk zakat,
sedekah, dan yang sejenisnya. Hukum waris harus diterapkan dan dijalankan oleh
setiap muslim agar kekayaan dapat beredar secara merata dan tidak terkumpul di
tangan beberapa orang saja.
Setelah menekankan agar masyarakat memperhatikan perdagangan
dan pertanian, Nabi kemudian membangun konsep ekonomi nasional. Pendirian
Baitulmal benar-benar merupakan pembentukan perbendaharaan umum yang pertama di
dunia.
Dan semua yang diuraikan di atas, jelaslah bahwa Nabi
Muhammad saw. adalah seorang pembaru terbesar yang pernah dilahirkan di dunia.
Bangsa Arab yang tidak henti-hentinya melakukan peperangan berubah menjadi
bangsa yang penuh dengan kedamaian dan persatuan. Nabi berhasil menyejahterakan
umat Islam dengan membangun sistem ekonomi yang sangat memihak kaum miskin.
Bangsa Arab yang semula merupakan bangsa jahiliah beranjak
menjadi bangsa yang maju dan sangat menjunjung tinggi ilmu pengetahuan. Berkat
kehadiran Nabi Muhammad saw. bangsa Arab khususnya dan umat Islam pada urnumnya
menjadi urnat yang maju, sejahtera, dan penuh cinta damai. Beliau juga
merupakan rahmat atau karunia bagi jagat raya ini. Al-Quf an menyatakan: “Dan kami
tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh
alam.” (Q.S. al—Anbiyã’ (2 1): 107). Rahmat Nabi Muhammad saw. tidak hanya
dirasakan oleh satu umat tertentu, agama tertentu, atau suku tertentu, tetapi
siapa pun dapat merasakan rahmat ini. Dunia benar-benar bersinar dengan rahmat
Nabi. Berawal dan Jazirah Arab, sinar dan cahaya Islam (kerahmatan) terus
merambah ke daerah-daerah sekitarnya hingga menjangkau ke setiap jengkal
permukaan bumi.
C. Meneladani
perjuangan Nabi dan para Sahabat dalam menghadapi masyarakat Makkah
Perjuangan Rasulullah saw. mengalami cobaan bertubi-tubi
serta gangguan dan ancaman. Akan tetapi, Rasulullah saw. tetap sabar dan tabah.
Gangguan tersebut berupa cemoohan, caci maki, dan diolok-olok serta yang paling
kejam adalah orang kafir berniat membunuh Nabi Muhammad saw. Beliau tetap sabar
dan tabah, bahkan tidak henti-hentinya berjuang menegakkan agama dan terus
melaksanakan perintah Allah swt. Akhirnya, Rasulullah saw. pun berhasil dalam
mengembangkan agama Allah swt. dan merombak kejahiliahan menjadi orang yang
menjalankan agama Islam dengan tekun, aman, dan tenteram.
Oleh sebab itu, patut kita teladani perjuangan beliau
tersebut yang tidak kenal lelah. Perjuangan tersebut akan menuju kemenangan,
kesabaran, keberhasilan, dan kebahagiaan. Peranan Rasulullah saw. dalam
perjuangan pantas menjadi contoh atau sun teladan bagi seluruh manusia. Allah
swt. berfirman dalam Surat A1-Aizb Ayat 21 yang artinya: “Sesungguhnya telah
adapada (din) Rasulullah saw. itu sun teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi
orang-orang yang men gharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) han kiamat dan dia
banyak menyebut Allah. (Q.S. Al-Ahzab: 21)
Beberapa
manfaat yang dapat kita ambil dan dakwah Rasulullah saw. di Mekah adalah
1. tidak mudah putus asa dalam
berdakwah;
2. memberikan dorongan untuk selalu
berjuang dan berpegang pada ajaran Allah swt.;
3. tantangan dan rintangan dalam
berdakwah harus dihadapi dengan tabah, sabar, dan tawakal kepada Allah swt.
Abu Bakar Ash-Shiddiq
Lahir
|
|
Meninggal
|
|
Tempat peristirahatan
|
Madinah, Jazirah Arab
|
Nama panggilan
|
'Abu Bakar Ash-Shiddiq'
|
Dikenal karena
|
Sahabat Nabi
Muhammad
|
Agama
|
"Abu Bakar" beralih ke halaman ini. Untuk kegunaan lain dari Abu
Bakar, lihat Abu
Bakar (disambiguasi).
Abu Bakar (bahasa Arab: أبو بكر الصديق, Abu Bakr ash-Shiddiq)
(lahir: 572 - wafat: 23 Agustus 634/21 Jumadil Akhir 13 H) termasuk di antara
mereka yang paling awal memeluk Islam. Setelah Nabi Muhammad wafat, Abu Bakar menjadi khalifah Islam yang pertama pada tahun 632 hingga tahun 634 M. Lahir dengan nama Abdullah bin Abi
Quhafah, ia adalah satu diantara empat khalifah yang diberi gelar Khulafaur Rasyidin atau khalifah yang diberi petunjuk.
Abu Bakar Ash-Shidiq Nama lengkapnya adalah 'Abd Allah ibn 'Utsman bin Amir
bi Amru bin Ka'ab bin Sa'ad bin Taim bin Murrah bin Ka'ab bin Lu'ay bin Ghalib
bin Fihr al-Quraishi at-Tamimi'. Bertemu nasabnya dengan nabi SAW pada kakeknya
Murrah bin Ka'ab bin Lu'ai. Dan ibu dari abu Bakar adalah Ummu al-Khair salma
binti Shakhr bin Amir bin Ka'ab bin Sa'ad bin Taim yang berarti ayah dan ibunya
sama-sama dari kabilah bani Taim.
Abu Bakar adalah ayah dari Aisyah, istri Nabi Muhammad. Nama yang sebenarnya adalah Abdul Ka'bah (artinya
'hamba Ka'bah'), yang kemudian diubah oleh Muhammad menjadi Abdullah (artinya
'hamba Allah'). Muhammad memberinya gelar Ash-Shiddiq (artinya
'yang berkata benar') setelah Abu Bakar membenarkan peristiwa Isra
Miraj yang diceritakan
oleh Muhammad kepada para pengikutnya, sehingga ia lebih dikenal dengan nama
"Abu Bakar ash-Shiddiq".
Kehidupan sebelum Muhammad
Abu Bakar dilahirkan di kota Mekah dari keturunan Bani Tamim (Attamimi), sub-suku bangsa Quraisy. Beberapa sejarawan Islam mencatat ia adalah seorang pedagang, hakim
dengan kedudukan tinggi, seorang yang terpelajar, serta dipercaya sebagai orang
yang bisa menafsirkan mimpi.
Era bersama Nabi
Ketika Muhammad menikah dengan Khadijah
binti Khuwailid, ia
pindah dan hidup bersama Abu Bakar. Saat itu Muhammad menjadi tetangga Abu
Bakar. Sama seperti rumah Khadijah, rumahnya juga bertingkat dua dan mewah[rujukan?]. Sejak saat itu mereka berkenalan satu sama
lainnya. Mereka berdua berusia sama, pedagang dan ahli berdagang.
Memeluk Islam
Dalam kitab Hayatussahabah, bab Dakwah Muhammad kepada perorangan,
dituliskan bahwa Abu bakar masuk Islam setelah diajak oleh Nabi[1] Abubakar kemudian [dakwah|mendakwahkan] ajaran
Islam kepada Utsman bin Affan, Thalhah
bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam, Saad bin Abi Waqas dan beberapa tokoh penting dalam Islam lainnya.
Istrinya Qutaylah binti Abdul Uzza tidak menerima Islam sebagai agama sehingga Abu Bakar menceraikannya. Istrinya yang lain, Um
Ruman, menjadi Muslimah. Juga semua anaknya kecuali 'Abd Rahman bin Abu Bakar,
sehingga ia dan 'Abd Rahman berpisah.
Penyiksaan oleh Quraisy
Sebagaimana yang juga dialami oleh para pemeluk Islam pada masa awal. Ia
juga mengalami penyiksaan yang dilakukan oleh penduduk Mekkah yang mayoritas
masih memeluk agama nenek moyang mereka. Namun, penyiksaan terparah dialami
oleh mereka yang berasal dari golongan budak. Sementara para pemeluk non budak
biasanya masih dilindungi oleh para keluarga dan sahabat mereka, para budak
disiksa sekehendak tuannya. Hal ini mendorong Abu Bakar membebaskan para budak
tersebut dengan membelinya dari tuannya kemudian memberinya kemerdekaan.
Ketika peristiwa Hijrah, saat Nabi Muhammad SAW pindah ke Madinah (622 M), Abu Bakar adalah satu-satunya orang yang menemaninya. Abu Bakar
juga terikat dengan Nabi Muhammad secara kekeluargaan. Anak perempuannya, Aisyah menikah dengan Nabi Muhammad beberapa saat setelah Hijrah.
Menjadi Khalifah
Selama masa sakit Rasulullah SAW saat menjelang ajalnya, dikatakan bahwa
Abu Bakar ditunjuk untuk menjadi imam
salat menggantikannya,
banyak yang menganggap ini sebagai indikasi bahwa Abu Bakar akan menggantikan
posisinya. Segera setelah kematiannya, dilakukan musyawarah di kalangan para
pemuka kaum Anshar dan Muhajirin di Madinah, yang akhirnya menghasilkan
penunjukan Abu Bakar sebagai pemimpin baru umat Islam atau khalifah Islam pada tahun ((632)) M.
Apa yang terjadi saat musyawarah tersebut menjadi sumber perdebatan.
Penunjukan Abu Bakar sebagai khalifah adalah subyek kontroversial dan menjadi
sumber perpecahan pertama dalam Islam, dimana umat Islam terpecah menjadi kaum Sunni dan Syi'ah. Di satu sisi kaum Syi'ah percaya bahwa
seharusnya Ali bin Abi Thalib (menantu nabi Muhammad) yang menjadi
pemimpin dan dipercayai ini adalah keputusan Rasulullah SAW sendiri sementara
kaum sunni berpendapat bahwa Rasulullah SAW menolak untuk menunjuk
penggantinya. Kaum sunni berargumen bahwa Muhammad mengedepankan musyawarah
untuk penunjukan pemimpin.sementara muslim syi'ah berpendapat bahwa nabi dalam
hal-hal terkecil seperti sebelum dan sesudah makan, minum, tidur, dll, tidak
pernah meninggal umatnya tanpa hidayah dan bimbingan apalagi masalah
kepemimpinan umat terahir. Banyak hadits yang menjadi rujukan dari kaum Sunni maupun Syi'ah tentang siapa khalifah
sepeninggal Rasulullah saw, serta jumlah pemimpin islam yang dua belas.
Terlepas dari kontroversi dan kebenaran pendapat masing-masing kaum tersebut,
Ali sendiri secara formal menyatakan kesetiaannya (berbai'at) kepada Abu Bakar
dan dua khalifah setelahnya (Umar bin Khattab dan Usman bin Affan). Kaum sunni
menggambarkan pernyataan ini sebagai pernyataan yang antusias dan Ali menjadi
pendukung setia Abu Bakar dan Umar. Sementara kaum syi'ah menggambarkan bahwa
Ali melakukan baiat tersebut secara pro forma, mengingat ia berbaiat
setelah sepeninggal Fatimah istrinya yang berbulan bulan lamanya dan setelah
itu ia menunjukkan protes dengan menutup diri dari kehidupan publik.
Perang Ridda
Segera setelah suksesi Abu Bakar, beberapa masalah yang mengancam persatuan
dan stabilitas komunitas dan negara Islam saat itu muncul. Beberapa suku Arab
yang berasal dari Hijaz dan Nejed membangkang kepada khalifah baru dan
sistem yang ada. Beberapa di antaranya menolak membayar zakat walaupun tidak menolak agama Islam secara utuh. Beberapa yang lain kembali
memeluk agama dan tradisi lamanya yakni penyembahan berhala. Suku-suku tersebut
mengklaim bahwa hanya memiliki komitmen dengan Nabi Muhammad SAW dan dengan
kematiannya komitmennya tidak berlaku lagi. Berdasarkan hal ini Abu Bakar
menyatakan perang terhadap mereka yang dikenal dengan nama perang Ridda. Dalam
perang Ridda peperangan terbesar adalah memerangi "Ibnu Habib
al-Hanafi" yang lebih dikenal dengan nama Musailamah Al-Kazab (Musailamah si pembohong), yang mengklaim dirinya
sebagai nabi baru menggantikan Nabi Muhammad SAW. Musailamah kemudian
dikalahkan pada pertempuran Akraba oleh Khalid bin Walid.
Ekspedisi ke utara
Setelah menstabilkan keadaan internal dan secara penuh menguasai Arab, Abu
Bakar memerintahkan para jenderal Islam melawan kekaisaran Bizantium dan
Kekaisaran Sassanid. Khalid bin Walid menaklukkan Irak dengan mudah sementara ekspedisi ke Suriah juga meraih sukses.
Qur'an
Abu Bakar juga berperan dalam pelestarian teks-teks tertulis Al Qur'an. Dikatakan bahwa setelah kemenangan yang sangat
sulit saat melawan Musailamah dalam perang Ridda, banyak penghafal Al Qur'an
yang ikut tewas dalam pertempuran. Umar lantas meminta Abu Bakar untuk
mengumpulkan koleksi dari Al Qur'an. oleh sebuah tim yang diketuai oleh sahabat
Zaid bin Tsabit, mulailah dikumpulkan lembaran-lembaran Al-quran dari para
penghafal Al-Quran dan tulisan-tulisan yang terdapat pada media tulis seperti
tulang, kulit dan lain sebagainya,setelah lengkap penulisan ini maka kemudian
disimpan oleh Abu Bakar. setelah Abu Bakar meninggal maka disimpan oleh Umar
bin Khaththab dan kemudian disimpan oleh Hafsah, anak dari Umar dan juga istri
dari Nabi Muhammad SAW. Kemudian pada masa pemerintahan Usman bin Affan koleksi ini menjadi dasar penulisan teks al
Qur'an yang dikenal saat ini.
Kematian
Abu Bakar meninggal pada tanggal 23 Agustus 634 di Madinah karena sakit yang dideritanya pada usia 61 tahun. Abu Bakar dimakamkan di
rumah putrinya Aisyah di dekat masjid Nabawi, di samping makam Nabi Muhammad.
Referensi
Dakwahnya Nabi saw kepada Abubakar,Malaulana Yusufrah,menulis, Diriwayatkan
oleh Abu Hasan Al-Athrabulusi ,sebagaimana disebutkan dalam Al-Bidayah .3/29
dari Aisyah r.ha,ia berkata_Sejak zaman jahiliyah ,Abubakar adalah kawan Rasulullah
saw. Pada suatu hari ,dia hendak menemui Rosulullah saw,ketika bertemu dengan
Rosulullah saw ,dia berkata_Wahai Abul Qosim(panggilan Nabi), ada apa denganmu
,sehingga engkau tidak terlihat di majelis kaummu dan orang -orang menuduh
bahwa engkau telah berkata buruk tentang nenek moyangmu dan lain lain
lagi?,Rasulullah saw bersabda, sesungguhnya aku adalah utusan Allah swt dan aku
mengajak kamu kepada Allah swt.,setelah selesai Rosulullah saw berbicara ,Abu
Bakar pun langsung masuk Islam.Melihat keislamannya itu beliau gembira sekali
,tidak ada seorangpun yang ada di antara kedua gunung di Mekkah yang merasa
gembira melebihi kegembiraan beliau.Kemudian Abubakar menemui Utsman bin
Affan,Thalhah bin Ubaidillah,Zubair bin Awwam,dan Saad bin Abi Waqas r.hum,mengajak
mereka untuk masuk Islam.Lalu,merekapun masuk Islam.Hari berikutnya Abu bakar
menemui Utsman bin Mazhum,Abu Ubaidah bin Jarrah,Abdurarahman bin Auf,Abu
Salamah bin Abdul Saad,dan Arqam bin Abil Arqam r.hum,juga mengajak mereka
untuk masuk Islam,dan mereka semua juga masuk Islam.
Umar bin Khattab
Lahir
|
|
Meninggal
|
|
Tempat peristirahatan
|
Madinah, Jazirah Arab
|
Dikenal karena
|
Sahabat Nabi
Muhammad
|
Agama
|
Umar bin Khattab bin Nafiel bin Abdul Uzza atau lebih dikenal dengan Umar bin
Khattab (581 - November 644) (bahasa Arab:عمر ابن الخطاب) adalah salah seorang
sahabat Nabi Muhammad yang juga adalah khalifah kedua Islam (634-644). Umar juga merupakan satu diantara empat
orang Khalifah yang digolongkan sebagai Khalifah yang diberi petunjuk (Khulafaur Rasyidin).
Umar dilahirkan di kota Mekkah dari suku Bani Adi, salah satu rumpun
suku Quraisy, suku terbesar di kota Mekkah saat itu. Ayahnya
bernama Khattab bin Nufail Al Shimh Al Quraisyi dan ibunya Hantamah binti
Hasyim. Umar memiliki julukan yang diberikan oleh Muhammad yaitu Al-Faruk
yang berarti orang yang bisa memisahkan antara kebenaran dan kebatilan.
Keluarga Umar tergolong dalam keluarga kelas menengah, ia bisa membaca dan
menulis, yang pada masa itu merupakan sesuatu yang langka. Umar juga dikenal
karena fisiknya yang kuat dimana ia menjadi juara gulat di Mekkah.
Sebelum memeluk Islam, Umar adalah orang yang sangat disegani dan dihormati
oleh penduduk Mekkah, sebagaimana tradisi yang dijalankan oleh kaum jahiliyah Mekkah saat itu, Umar juga mengubur putrinya hidup-hidup sebagai bagian
dari pelaksanaan adat Mekkah yang masih barbar. Setelah memeluk Islam di bawah
Muhammad, Umar dikabarkan menyesali perbuatannya dan menyadari kebodohannya
saat itu sebagaimana diriwayatkan dalam satu hadits "Aku menangis ketika menggali kubur untuk putriku. Dia maju dan
kemudian menyisir janggutku".
Umar juga dikenal sebagai seorang peminum berat, beberapa catatan
mengatakan bahwa pada masa pra-Islam, Umar suka meminum anggur. Setelah menjadi
seorang Muslim, ia tidak menyentuh alkohol sama sekali, meskipun belum diturunkan
larangan meminum khamar (yang memabukkan) secara tegas.
Memeluk Islam
Ketika Muhammad menyebarkan Islam secara terbuka di
Mekkah, Umar bereaksi sangat antipati terhadapnya, beberapa catatan mengatakan
bahwa kaum Muslim saat itu mengakui bahwa Umar adalah lawan yang
paling mereka perhitungkan, hal ini dikarenakan Umar yang memang sudah
mempunyai reputasi yang sangat baik sebagai ahli strategi perang dan seorang
prajurit yang sangat tangguh pada setiap peperangan yang ia lalui. Umar juga
dicatat sebagai orang yang paling banyak dan paling sering menggunakan
kekuatannya untuk menyiksa pengikut Muhammad.
Pada puncak kebenciannya terhadap ajaran Muhammad, Umar memutuskan untuk
mencoba membunuh Muhammad, namun saat dalam perjalanannya ia bertemu dengan
salah seorang pengikut Muhammad bernama Nu'aim bin Abdullah yang kemudian
memberinya kabar bahwa saudara perempuan Umar telah memeluk Islam, ajaran yang
dibawa oleh Muhammad yang ingin dibunuhnya saat itu. Karena berita itu, Umar
terkejut dan pulang ke rumahnya dengan dengan maksud untuk menghukum adiknya,
diriwayatkan bahwa Umar menjumpai saudarinya itu sedang membaca Al Qur'an (surat Thoha ayat 1-8), ia semakin marah akan hal tersebut dan memukul
saudarinya. Ketika melihat saudarinya berdarah oleh pukulannya ia menjadi iba,
dan kemudian meminta agar bacaan tersebut dapat ia lihat, diriwayatkan Umar
menjadi terguncang oleh apa yang ia baca tersebut, beberapa waktu setelah
kejadian itu Umar menyatakan memeluk Islam, tentu saja hal yang selama ini
selalu membelanyani membuat hampir seisi Mekkah terkejut karena seseorang yang
terkenal paling keras menentang dan paling kejam dalam menyiksa para pengikut
Muhammad kemudian memeluk ajaran yang sangat dibencinya tersebut, akibatnya
Umar dikucilkan dari pergaulan Mekkah dan ia menjadi kurang atau tidak
dihormati lagi oleh para petinggi Quraisy yang selama ini diketahui selalu
membelanya.
Kehidupan di Madinah
Pada tahun 622 M, Umar ikut bersama Muhammad dan pemeluk Islam lain berhijrah (migrasi) (ke Yatsrib (sekarang Madinah) . Ia juga terlibat pada perang Badar, Uhud, Khaybar serta penyerangan ke Syria. Pada
tahun 625, putrinya (Hafsah) menikah dengan Nabi Muhammad. Ia dianggap sebagai
seorang yang paling disegani oleh kaum Muslim pada masa itu karena selain
reputasinya yang memang terkenal sejak masa pra-Islam, juga karena ia dikenal
sebagai orang terdepan yang selalu membela Muhammad dan ajaran Islam pada
setiap kesempatan yang ada bahkan ia tanpa ragu menentang kawan-kawan lamanya
yang dulu bersama mereka ia ikut menyiksa Muhammad dan para pengikutnya.
Kematian Muhammad
Pada saat kabar kematian Muhammad pada 8 Juni 632 M (12 Rabiul Awal, 10 Hijriah) di Madinah sampai kepada umat Muslim secara
keseluruhan, Umar dikabarkan sebagai salah seorang yang paling terguncang atas
peristiwa itu, ia menghambat siapapun memandikan atau menyiapkan jasadnya untuk
pemakaman. Akibat syok yang ia terima, Umar berkeras bahwa Muhammad tidaklah
wafat melainkan hanya sedang tidak sadarkan diri, dan akan kembali
sewaktu-waktu. [1]
Abu Bakar yang mendengar kabar bergegas kembali dari Madinah, Ia menjumpai Umar
sedang menahan Muslim yang lain dan lantas mengatakan
(|cquote! :"Saudara-saudara! Barangsiapa mau menyembah Muhammad,
Muhammad sudah meninggal dunia. Tetapi barangsiapa mau menyembah Allah, Allah
hidup selalu tak pernah mati."! |)
Abu Bakar mengingatkan kepada para pemeluk Islam yang sedang terguncang,
termasuk Umar saat itu, bahwa Muhammad, seperti halnya mereka, adalah seorang
manusia biasa, Abu Bakar kemudian membacakan ayat dari Al Qur'an [2] yan mencoba untuk mengingatkan mereka kembali
kepada ajaran yang diajarkan Muhammad yaitu kefanaan makhluk yang diciptakan.
Setelah peristiwa itu Umar menyerah dan membiarkan persiapan penguburan
dilaksanakan.
Masa kekhalifahan Abu Bakar
Pada masa Abu Bakar menjabat sebagai khalifah, Umar merupakan salah satu
penasehat kepalanya. Ssetelah meninggalnya Abu Bakar pada tahun 634, Umar ditunjuk untuk menggantikan Abu Bakar sebagai khalifah kedua dalam
sejarah Islam.
Menjadi khalifah
Selama pemerintahan Umar, kekuasaan Islam tumbuh dengan sangat pesat. Islam
mengambil alih Mesopotamia dan sebagian Persia dari tangan dinasti Sassanid
dari Persia (yang mengakhiri masa kekaisaran sassanid) serta mengambil alih Mesir, Palestina, Syria, Afrika Utara dan Armenia dari kekaisaran Romawi (Byzantium). Saat itu ada dua negara adi daya yaitu Persia dan Romawi. Namun keduanya
telah ditaklukkan oleh kekhalifahan Islam dibawah pimpinan Umar.
Sejarah mencatat banyak pertempuran besar yang menjadi awal penaklukan ini.
Pada pertempuran Yarmuk, yang terjadi di dekat Damaskus pada tahun 636, 20 ribu pasukan Islam mengalahkan pasukan Romawi yang mencapai 70 ribu dan mengakhiri kekuasaan Romawi di Asia Kecil bagian selatan. Pasukan Islam lainnya dalam
jumlah kecil mendapatkan kemenangan atas pasukan Persia dalam jumlah yang lebih besar pada pertempuran
Qadisiyyah (th 636), di
dekat sungai Eufrat. Pada pertempuran itu, jenderal pasukan
Islam yakni Sa`ad bin Abi Waqqas mengalahkan pasukan Sassanid dan berhasil
membunuh jenderal Persia yang terkenal, Rustam Farrukhzad.
Pada tahun 637, setelah pengepungan yang lama terhadap Yerusalem, pasukan Islam akhirnya mengambil alih kota tersebut. Umar diberikan kunci
untuk memasuki kota oleh pendeta Sophronius dan diundang untuk salat di dalam gereja (Church of the Holy Sepulchre). Umar
memilih untuk salat ditempat lain agar tidak membahayakan gereja tersebut. 55
tahun kemudian, Masjid Umar didirikan ditempat ia salat.
Umar melakukan banyak reformasi secara administratif dan mengontrol dari
dekat kebijakan publik, termasuk membangun sistem administrasi untuk daerah
yang baru ditaklukkan. Ia juga memerintahkan diselenggarakannya sensus di seluruh wilayah kekuasaan Islam. Tahun 638, ia memerintahkan untuk
memperluas dan merenovasi Masjidil Haram di Mekkah dan Masjid Nabawi di Medinah. Ia juga memulai proses kodifikasi hukum Islam.
Umar dikenal dari gaya hidupnya yang sederhana, alih-alih mengadopsi gaya
hidup dan penampilan para penguasa di zaman itu, ia tetap hidup sangat
sederhana.
Pada sekitar tahun ke 17 Hijriah, tahun ke-empat kekhalifahannya, Umar
mengeluarkan keputusan bahwa penanggalan Islam hendaknya mulai dihitung saat
peristiwa hijrah.
== Kematian ==k Umar bin Khattab dibunuh oleh Abu
Lukluk (Fairuz), seorang
budak yang fanatik pada saat ia akan memimpin salat Subuh. Fairuz adalah orang Persia yang masuk Islam setelah Persia ditaklukkan Umar. Pembunuhan ini konon dilatarbelakangi dendam pribadi Abu
Lukluk (Fairuz) terhadap Umar. Fairuz merasa sakit hati atas kekalahan Persia,
yang saat itu merupakan negara adidaya, oleh Umar. Peristiwa ini terjadi pada
hari Rabu, 25 Dzulhijjah 23 H/644 M. Setelah kematiannya jabatan khalifah
dipegang oleh Usman bin Affan.
Semasa Umar masih hidup Umar meninggalkan wasiat yaitu
- Jika engkau menemukan cela pada seseorang dan engkau hendak mencacinya, maka cacilah dirimu. Karena celamu lebih banyak darinya.
- Bila engkau hendak memusuhi seseorang, maka musuhilah perutmu dahulu. Karena tidak ada musuh yang lebih berbahaya terhadapmu selain perut.
- Bila engkau hendak memuji seseorang, pujilah Allah. Karena tiada seorang manusia pun lebih banyak dalam memberi kepadamu dan lebih santun lembut kepadamu selain Allah.
- Jika engkau ingin meninggalkan sesuatu, maka tinggalkanlah kesenangan dunia. Sebab apabila engkau meninggalkannya, berarti engkau terpuji.
- Bila engkau bersiap-siap untuk sesuatu, maka bersiplah untuk mati. Karena jika engkau tidak bersiap untuk mati, engkau akan menderita, rugi ,dan penuh penyesalan.
- Bila engkau ingin menuntut sesuatu, maka tuntutlah akhirat. Karena engkau tidak akan memperolehnya kecuali dengan mencarinya.
Utsman bin Affan
Lahir
|
|
Meninggal
|
|
Tempat peristirahatan
|
Madinah, Jazirah Arab
|
Dikenal karena
|
Sahabat Nabi
Muhammad
|
Agama
|
Utsman bin Affan (bahasa Arab: عثمان بن عفان, 574 – 656 / 12 Dzulhijjah 35 H; umur 81–82 tahun)[1] adalah sahabat Nabi Muhammad SAW yang termasuk Khulafaur Rasyidin yang ke-3. Utsman adalah seorang yang
saudagar yang kaya tetapi sangatlah dermawan. Ia juga berjasa dalam hal
membukukan Al-Qur'an.
Ia adalah khalifah ketiga yang memerintah dari tahun 644 (umur 69–70 tahun) hingga 656 (selama 11–12 tahun). Selain itu sahabat nabi yang satu ini memiliki sifat
yang sangat pemalu.
Utsman bin Affan adalah sahabat nabi dan juga khalifah ketiga dalam
Khulafaur Rasyidin. ia dikenal sebagai pedagang kaya raya dan ekonom yang
handal namun sangat dermawan. Banyak bantuan ekonomi yang diberikannya kepada
umat Islam di awal dakwah Islam. Ia mendapat julukan Dzunnurain yang berarti
yang memiliki dua cahaya. Julukan ini didapat karena Utsman telah menikahi
puteri kedua dan ketiga dari Rasullah Saw yaitu Ruqayah dan Ummu Kaltsum.
Kelahiran
Usman bin Affan lahir pada 574 Masehi dari golongan Bani Umayyah. Nama ibunya adalah Arwa binti Kuriz bin Rabiah. ia masuk Islam atas ajakan Abu Bakar dan termasuk golongan As-Sabiqun
al-Awwalun (golongan yang
pertama-tama masuk Islam). Rasulullah Saw sendiri menggambarkan Utsman bin Affan sebagai pribadi yang paling
jujur dan rendah hati di antara kaum muslimin. Diriwayatkan oleh Imam Muslim bahwa Aisyah bertanya kepada Rasulullah Saw, ‘Abu Bakar masuk tapi engkau biasa saja dan tidak memberi perhatian khusus, lalu Umar masuk engkau pun biasa saja dan tidak memberi perhatian khusus. Akan
tetapi ketika Utsman masuk engkau terus duduk dan membetulkan pakaian,
mengapa?’ Rasullullah menjawab, “Apakah aku tidak malu terhadap orang yang
malaikat saja malu kepadanya?”
Pada saat seruan hijrah pertama oleh Rasullullah Saw ke Habbasyiah karena
meningkatnya tekanan kaum Quraisy terhadap umat Islam, Utsman bersama istri dan
kaum muslimin lainnya memenuhi seruan tersebut dan hijrah ke Habasyiah hingga tekanan dari kaum Quraisy reda. Tak lama tinggal di Mekah, Utsman mengikuti Nabi Muhammad Saw untuk hijrah ke Madinah. Pada
peristiwa Hudaibiyah, Utsman dikirim oleh Rasullah untuk
menemui Abu Sofyan di Mekkah. Utsman diperintahkan Nabi untuk
menegaskan bahwa rombongan dari Madinah hanya akan beribadah di Ka'bah, lalu segera kembali ke Madinah, bukan untuk memerangi penduduk Mekkah.
Pada saat Perang
Dzatirriqa dan Perang Ghatfahan berkecamuk, dimana Rasullullah Saw memimpin
perang, Utsman dipercaya menjabat walikota Madinah. Saat Perang Tabuk, Utsman mendermakan 1000 ekor unta dan 70 ekor
kuda, ditambah 1000 dirham sumbangan pribadi untuk perang Tabuk, nilainya sama
dengan sepertiga biaya perang tersebut. Utsman bin Affan juga menunjukkan
kedermawanannya tatkala membeli mata air yang bernama Rumah dari seorang lelaki suku Ghifar seharga 35.000 dirham. Mata air itu ia
wakafkan untuk kepentingan rakyat umum.[2] Pada masa pemerintahan Abu Bakar, Utsman juga pernah memberikan gandum yang diangkut dengan 1000 unta untuk
membantu kaum miskin yang menderita di musim kering.
Setelah wafatnya Umar bin Khattab sebagai khalifah kedua, diadakanlah musyawarah
untuk memilik khalifah selanjutnya. Ada enam orang kandidat khalifah yang
diusulkan yaitu Ali bin Abi Thalib, Utsman bin Affan, Abdul Rahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqas, Zubair bin Awwam dan Thalhah bin Ubaidillah. Selanjutnya Abdul
Rahman bin Auff, Sa’ad bin Abi Waqas, Zubair bin Awwam, dan Thalhah bin
Ubaidillah mengundurkan diri hingga hanya Utsman dan Ali yang tertinggal. Suara
masyarakat pada saat itu cenderung memilih Utsman menjadi khalifah ketiga. Maka
diangkatlah Utsman yang berumur 70 tahun menjadi khalifah ketiga dan yang
tertua, serta yang pertama dipilih dari beberapa calon. Peristiwa ini terjadi
pada bulan Muharram 24 H. Utsman menjadi khalifah di saat pemerintah Islam
telah betul-betul mapan dan terstruktur.
ia adalah khalifah kali pertama yang melakukan perluasan masjid al-Haram
(Mekkah) dan masjid Nabawi (Madinah) karena semakin ramai umat Islam yang
menjalankan rukun Islam kelima (haji). ia mencetuskan ide polisi keamanan bagi
rakyatnya; membuat bangunan khusus untuk mahkamah dan mengadili perkara yang
sebelumnya dilakukan di masjid; membangun pertanian, menaklukan Syiria, Afrika
Utara, Persia, Khurasan, Palestina, Siprus, Rodhes, dan juga membentuk angkatan
laut yang kuat. Jasanya yang paling besar adalah saat mengeluarkan kebijakan
untuk mengumpulkan Al-Quran dalam satu mushaf.
Selama masa jabatannya, Utsman banyak mengganti gubernur wilayah yang tidak
cocok atau kurang cakap dan menggantikaannya dengan orang-orang yang lebih
kredibel. Namun hal ini banyak membuat sakit hati pejabat yang diturunkan
sehingga mereka bersekongkol untuk membunuh khalifah.
Kematian
Khalifah Utsman kemudian dikepung oleh pemberontak selama 40 hari dimulai
dari bulan Ramadhan hingga Dzulhijah. Beliau diberi 2 ulimatum oleh
pemberontak, yaitu mengundurkan diri atau dibunuh. Meski Utsman mempunyai
kekuatan untuk menyingkirkan pemberontak, namun ia berprinsip untuk tidak
menumpahkan darah umat Islam. Utsman akhirnya wafat sebagai syahid pada bulan
Dzulhijah 35 H ketika para pemberontak berhasil memasuki rumahnya dan membunuh
Utsman saat sedang membaca Al-Quran. Persis seperti apa yang disampaikan
Rasullullah Saw perihal kematian Utsman yang syahid nantinya. peristiwa
pembunuhan usman berawal dari pengepungan rumah usman oleh para pemberontak
selama 40 hari.usman wafat pada hari Jumat 18 Dzulhijjah 35 H.[3] Ia dimakamkan di kuburan Baqi di Madinah.
Ali bin Abi Thalib
Lahir
|
|
Meninggal
|
|
Tempat peristirahatan
|
|
Dikenal karena
|
Sahabat Nabi
Muhammad
|
Agama
|
‘Alī bin Abī Thālib (Arab: علي بن أﺑﻲ طالب, Persia: علی پسر ابو طالب) (lahir sekitar 13 Rajab 23 Pra Hijriah/599 – wafat 21 Ramadan 40 Hijriah/661), adalah salah seorang pemeluk Islam pertama dan juga keluarga dari Nabi Muhammad. Menurut Islam Sunni, ia adalah Khalifah terakhir dari Khulafaur Rasyidin. Sedangkan Syi'ah berpendapat bahwa ia adalah Imam sekaligus Khalifah pertama yang dipilih oleh Rasulullah
Muhammad SAW. Uniknya meskipun Sunni tidak mengakui konsep Imamah mereka setuju memanggil Ali dengan
sebutan Imam, sehingga Ali menjadi satu-satunya Khalifah yang sekaligus juga Imam. Ali adalah sepupu dari Muhammad, dan setelah
menikah dengan Fatimah az-Zahra, ia menjadi menantu Muhammad.
Perbedaan pandangan mengenai pribadi Ali bin Abi Thalib
Syi'ah
|
Syi'ah berpendapat bahwa Ali adalah khalifah yang berhak menggantikan Nabi Muhammad, dan sudah ditunjuk oleh Beliau atas perintah Allah di Ghadir Khum. Syi'ah meninggikan kedudukan Ali atas Sahabat Nabi yang lain, seperti Abu Bakar dan Umar bin Khattab.
Syi'ah selalu menambahkan nama Ali bin Abi Thalib dengan Alayhi
Salam (AS) atau semoga Allah melimpahkan keselamatan dan
kesejahteraan.
Sunni
Sebagian Sunni yaitu mereka yang menjadi anggota Bani Umayyah dan para pendukungnya memandang Ali sama dengan Sahabat Nabi yang lain.
Sunni menambahkan nama Ali dengan Radhiyallahu Anhu (RA) atau semoga
Allah melimpahkan Ridha (ke-suka-an)nya. Tambahan ini sama sebagaimana yang
juga diberikan kepada Sahabat Nabi yang lain.
Sufi
Sufi menambahkan nama Ali bin Abi Thalib dengan Karramallahu
Wajhah (KW) atau semoga Allah me-mulia-kan wajahnya. Doa kaum Sufi ini sangat unik, berdasar riwayat bahwa beliau tidak suka menggunakan
wajahnya untuk melihat hal-hal buruk bahkan yang kurang sopan sekalipun.
Dibuktikan dalam sebagian riwayat bahwa beliau tidak suka memandang ke bawah
bila sedang berhubungan intim dengan istri. Sedangkan riwayat-riwayat lain
menyebutkan dalam banyak pertempuran (duel-tanding), bila pakaian musuh terbuka
bagian bawah terkena sobekan pedang beliau, maka Ali enggan meneruskan duel
hingga musuhnya lebih dulu memperbaiki pakaiannya.
Ali bin Abi Thalib dianggap oleh kaum Sufi sebagai Imam dalam ilmu al-hikmah (divine wisdom) dan futuwwah (spiritual warriorship). Dari beliau bermunculan cabang-cabang
tarekat (thoriqoh) atau spiritual-brotherhood. Hampir seluruh
pendiri tarekat Sufi, adalah keturunan beliau sesuai dengan catatan
nasab yang resmi mereka miliki. Seperti pada tarekat Qadiriyah dengan pendirinya Syekh
Abdul Qadir Jaelani, yang
merupakan keturunan langsung dari Ali melalui anaknya Hasan bin Ali seperti yang tercantum dalam kitab manaqib Syekh
Abdul Qadir Jilani (karya
Syekh Ja'far Barzanji) dan banyak kitab-kitab lainnya.
Riwayat Hidup
Kelahiran & Kehidupan Keluarga
Kelahiran
Ali dilahirkan di Mekkah, daerah Hejaz, Jazirah Arab, pada tanggal 13 Rajab. Menurut sejarawan, Ali dilahirkan 10 tahun sebelum dimulainya kenabian
Muhammad, sekitar tahun 599 Masehi atau 600(perkiraan). Muslim Syi'ah percaya bahwa Ali dilahirkan di dalam Ka'bah. Usia Ali terhadap Nabi Muhammad masih diperselisihkan hingga kini, sebagian riwayat menyebut berbeda 25
tahun, ada yang berbeda 27 tahun, ada yang 30 tahun bahkan 32 tahun.
Beliau bernama asli Haydar bin Abu Thalib, paman Nabi Muhammad SAW. Haydar yang berarti Singa adalah harapan
keluarga Abu Thalib untuk mempunyai penerus yang dapat
menjadi tokoh pemberani dan disegani di antara kalangan Quraisy Mekkah.
Setelah mengetahui sepupu yang baru lahir diberi nama Haydar,[rujukan?] Nabi SAW memanggil dengan Ali yang berarti
Tinggi(derajat di sisi Allah).
Kehidupan Awal
Ali dilahirkan dari ibu yang bernama Fatimah binti Asad, dimana Asad merupakan anak dari Hasyim, sehingga menjadikan Ali, merupakan
keturunan Hasyim dari sisi bapak dan ibu.
Kelahiran Ali bin Abi Thalib banyak memberi hiburan bagi
Nabi SAW karena beliau tidak punya anak laki-laki. Uzur dan faqir nya keluarga Abu Thalib memberi kesempatan bagi Nabi SAW bersama istri
beliau Khadijah untuk mengasuh Ali dan menjadikannya
putra angkat. Hal ini sekaligus untuk membalas jasa kepada Abu Thalib yang telah mengasuh Nabi sejak beliau kecil
hingga dewasa, sehingga sedari kecil Ali sudah bersama dengan Muhammad.
Dalam biografi asing (Barat), hubungan Ali kepada Nabi Muhammad SAW dilukiskan seperti Yohanes Pembaptis (Nabi Yahya) kepada Yesus (Nabi Isa). Dalam riwayat-riwayat Syi'ah dan sebagian riwayat Sunni, hubungan tersebut dilukiskan seperti Nabi Harun kepada Nabi Musa.
Masa Remaja
Ketika Nabi Muhammad SAW menerima wahyu, riwayat-riwayat lama seperti Ibnu Ishaq menjelaskan Ali adalah lelaki pertama yang
mempercayai wahyu tersebut atau orang ke 2 yang percaya setelah Khadijah istri Nabi sendiri. Pada titik ini Ali
berusia sekitar 10 tahun.
Pada usia remaja setelah wahyu turun, Ali banyak belajar langsung dari Nabi
SAW karena sebagai anak asuh, berkesempatan selalu dekat dengan Nabi hal ini berkelanjutan
hingga beliau menjadi menantu Nabi. Hal inilah yang menjadi bukti bagi sebagian
kaum Sufi bahwa ada pelajaran-pelajaran tertentu masalah ruhani (spirituality
dalam bahasa Inggris atau kaum Salaf lebih suka menyebut istilah 'Ihsan') atau
yang kemudian dikenal dengan istilah Tasawuf yang diajarkan Nabi khusus kepada beliau tapi tidak kepada Murid-murid
atau Sahabat-sahabat yang lain.
Karena bila ilmu Syari'ah atau hukum-hukum agama Islam baik yang
mengatur ibadah maupun kemasyarakatan semua yang diterima Nabi harus
disampaikan dan diajarkan kepada umatnya, sementara masalah ruhani hanya bisa
diberikan kepada orang-orang tertentu dengan kapasitas masing-masing.
Didikan langsung dari Nabi kepada Ali dalam semua aspek ilmu Islam baik
aspek zhahir (exterior) atau syariah dan bathin (interior) atau tasawuf
menggembleng Ali menjadi seorang pemuda yang sangat cerdas, berani dan bijak.
Kehidupan di Mekkah sampai Hijrah ke Madinah
Ali bersedia tidur di kamar Nabi untuk mengelabui orang-orang Quraisy yang akan menggagalkan hijrah Nabi. Beliau tidur menampakkan kesan Nabi
yang tidur sehingga masuk waktu menjelang pagi mereka mengetahui Ali yang
tidur, sudah tertinggal satu malam perjalanan oleh Nabi yang telah meloloskan
diri ke Madinah bersama Abu Bakar.
Kehidupan di Madinah
Perkawinan
Setelah masa hijrah dan tinggal di Madinah, Ali dinikahkan Nabi dengan putri kesayangannya Fatimah az-Zahra yang banyak dinanti para pemuda. Nabi menimbang
Ali yang paling tepat dalam banyak hal seperti Nasab keluarga yang se-rumpun (Bani Hasyim), yang paling dulu mempercayai ke-nabi-an Muhammad (setelah Khadijah), yang selalu belajar di bawah Nabi dan
banyak hal lain.
Julukan
Ketika Muhammad mencari Ali menantunya, ternyata Ali sedang tidur. Bagian
atas pakaiannya tersingkap dan debu mengotori punggungnya. Melihat itu Muhammad
pun lalu duduk dan membersihkan punggung Ali sambil berkata, "Duduklah
wahai Abu Turab, duduklah." Turab yang berarti debu atau tanah dalam bahasa Arab. Julukan tersebut adalah julukan yang paling
disukai oleh Ali.
Pertempuran yang diikuti pada masa Nabi saw
Perang Badar
Beberapa saat setelah menikah, pecahlah perang Badar, perang pertama dalam
sejarah Islam. Di sini Ali betul-betul menjadi pahlawan disamping Hamzah, paman Nabi. Banyaknya Quraisy Mekkah yang tewas di tangan Ali masih dalam perselisihan, tapi semua sepakat
beliau menjadi bintang lapangan dalam usia yang masih sangat muda sekitar 25
tahun.
Perang Khandaq
Perang Khandaq juga menjadi saksi nyata keberanian Ali bin Abi Thalib
ketika memerangi Amar bin Abdi Wud . Dengan satu tebasan pedangnya yang bernama
dzulfikar, Amar bin Abdi Wud terbelah menjadi dua bagian.
Perang Khaibar
Setelah Perjanjian Hudaibiyah yang memuat perjanjian perdamaian antara kaum
Muslimin dengan Yahudi, dikemudian hari Yahudi mengkhianati perjanjian tersebut
sehingga pecah perang melawan Yahudi yang bertahan di Benteng Khaibar yang
sangat kokoh, biasa disebut dengan perang Khaibar. Di saat para sahabat tidak
mampu membuka benteng Khaibar, Nabi saw bersabda:
"Besok, akan aku serahkan bendera kepada seseorang
yang tidak akan melarikan diri, dia akan menyerang berulang-ulang dan Allah
akan mengaruniakan kemenangan baginya. Allah dan Rasul-Nya mencintainya dan dia
mencintai Allah dan Rasul-Nya".
Maka, seluruh sahabat pun berangan-angan untuk mendapatkan kemuliaan
tersebut. Namun, temyata Ali bin Abi Thalib yang mendapat
kehormatan itu serta mampu menghancurkan benteng Khaibar dan berhasil membunuh
seorang prajurit musuh yang berani bernama Marhab lalu menebasnya dengan sekali
pukul hingga terbelah menjadi dua bagian.
Peperangan lainnya
Hampir semua peperangan beliau ikuti kecuali perang Tabuk karena mewakili
nabi Muhammad untuk menjaga kota Madinah.
Setelah Nabi wafat
Sampai disini hampir semua pihak sepakat tentang riwayat Ali bin Abi
Thalib, perbedaan pendapat mulai tampak ketika Nabi Muhammad wafat. Syi'ah berpendapat sudah ada wasiat (berdasar
riwayat Ghadir Khum) bahwa Ali harus menjadi Khalifah bila
Nabi SAW wafat. Tetapi Sunni tidak sependapat, sehingga pada saat Ali
dan Fatimah masih berada dalam suasana duka orang-orang Quraisy bersepakat
untuk membaiat Abu Bakar.
Menurut riwayat dari Al-Ya'qubi dalam kitab Tarikh-nya Jilid II Menyebutkan
suatu peristiwa sebagai berikut. Dalam perjalan pulang ke Madinah seusai
menunaikan ibadah haji ( Hijjatul-Wada'),malam hari Rasulullah saw bersama
rombongan tiba di suatu tempat dekat Jifrah yang dikenal denagan nama "GHADIR
KHUM." Hari itu adalah hari ke-18 bulan Dzulhijah. Ia keluar dari kemahnya
kemudia berkhutbah di depan jamaah sambil memegang tangan Imam Ali Bin Abi
Tholib r.a.Dalam khutbahnya itu antara lain beliau berkata : "Barang
siapa menanggap aku ini pemimpinnya, maka Ali adalah pemimpinnya.Ya Allah,
pimpinlah orang yang mengakui kepemimpinannya dan musuhilah orang yang
memusuhinya"
Pengangkatan Abu Bakar sebagai Khalifah tentu tidak disetujui keluarga Nabi
Ahlul Baitdan pengikutnya. Beberapa riwayat berbeda pendapat
waktu pem-bai'at-an Ali bin Abi Thalib terhadap Abu Bakar sebagai Khalifah pengganti Rasulullah. Ada yang meriwayatkan setelah Nabi dimakamkan, ada yang beberapa hari
setelah itu, riwayat yang terbanyak adalah Ali mem-bai'at Abu Bakar setelah Fatimah meninggal, yaitu enam bulan setelah
meninggalnya Rasulullah demi mencegah perpecahan dalam ummat
Ada yang menyatakan bahwa Ali belum pantas untuk menyandang jabatan Khalifah karena umurnya yang masih muda, ada pula yang menyatakan bahwa kekhalifahan
dan kenabian sebaiknya tidak berada di tangan Bani Hasyim.
Sebagai khalifah
Peristiwa pembunuhan terhadap Khalifah Utsman bin Affan mengakibatkan kegentingan di seluruh dunia Islam
yang waktu itu sudah membentang sampai ke Persia dan Afrika Utara. Pemberontak
yang waktu itu menguasai Madinah tidak mempunyai pilihan lain selain Ali
bin Abi Thalib sebagai khalifah, waktu itu Ali berusaha menolak,
tetapi Zubair bin Awwam dan Talhah bin Ubaidillah memaksa beliau, sehingga akhirnya Ali menerima
bai'at mereka. Menjadikan Ali satu-satunya Khalifah yang dibai'at secara massal,
karena khalifah sebelumnya dipilih melalui cara yang berbeda-beda.
Sebagai Khalifah ke-4 yang memerintah selama sekitar 5 tahun. Masa
pemerintahannya mewarisi kekacauan yang terjadi saat masa pemerintah Khalifah sebelumnya, Utsman bin Affan. Untuk pertama kalinya perang saudara
antara umat Muslim terjadi saat masa pemerintahannya, Pertempuran Basra. 20.000 pasukan pimpinan Ali melawan 30.000
pasukan pimpinan Zubair bin Awwam, Talhah bin Ubaidillah, dan Ummul mu'minin Aisyah
binti Abu Bakar, janda Rasulullah. Perang tersebut dimenangkan oleh pihak Ali.
Peristiwa pembunuhan Khalifah Utsman bin Affan yang menurut berbagai kalangan waktu itu kurang
dapat diselesaikan karena fitnah yang sudah terlanjur meluas dan sudah
diisyaratkan (akan terjadi) oleh Nabi Muhammad SAW ketika beliau masih hidup,
dan diperparah oleh hasutan-hasutan para pembangkang yang ada sejak zaman Utsman bin Affan, menyebabkan perpecahan di kalangan kaum muslim
sehingga menyebabkan perang tersebut. Tidak hanya selesai di situ, konflik
berkepanjangan terjadi hingga akhir pemerintahannya. Pertempuran Shiffin yang melemahkan kekhalifannya juga
berawal dari masalah tersebut.
Ali bin Abi Thalib, seseorang yang memiliki kecakapan dalam bidang
militer dan strategi perang, mengalami kesulitan dalam administrasi negara
karena kekacauan luar biasa yang ditinggalkan pemerintahan sebelumya. Ia
meninggal di usia 63 tahun karena pembunuhan oleh Abdrrahman bin Muljam, seseorang yang berasal dari golongan Khawarij (pembangkang) saat mengimami salat subuh di masjid Kufah, pada tanggal 19
Ramadhan, dan Ali
menghembuskan napas terakhirnya pada tanggal 21
Ramadhan tahun 40 Hijriyah. Ali dikuburkan secara rahasia di Najaf, bahkan ada beberapa riwayat yang menyatakan bahwa ia dikubur di tempat
lain.
Keturunan
Ali memiliki delapan istri setelah meninggalnya Fatimah az-Zahra[1] dan memiliki keseluruhan 36 orang anak. Dua anak
laki-lakinya yang terkenal, lahir dari anak Nabi Muhammad, Fatimah, adalah Hasan dan Husain.
Keturunan Ali melalui Fatimah dikenal dengan Syarif atau Sayyid, yang merupakan gelar kehormatan dalam Bahasa Arab, Syarif berarti bangsawan dan Sayyed berarti tuan. Sebagai keturunan langsung dari Muhammad, mereka
dihormati oleh Sunni dan Syi'ah.
Menurut riwayat, Ali bin Abi Thalib memiliki 36 orang anak yang terdiri
dari 18 anak laki-laki dan 18 anak perempuan. Sampai saat ini keturunan itu
masih tersebar, dan dikenal dengan Alawiyin atau Alawiyah. Sampai saat ini
keturunan Ali bin Abi Thalib kerap digelari Sayyid.
Anak laki-laki
|
Anak perempuan
|
Zainab al-Kubra
|
|
Zainab al-Sughra
|
|
Abbas al-Akbar
(dijuluki Abu Fadl)
|
Ramlah al-Kubra
|
Abdullah al-Akbar
|
Ramlah al-Sughra
|
Ja'far al-Akbar
|
Nafisah
|
Utsman al-Akbar
|
Ruqaiyah al-Sughra
|
Muhammad al-Ashghar
|
Ruqaiyah al-Kubra
|
Abdullah al-Ashghar
|
Maimunah
|
Abdullah (yang
dijuluki Abu Ali)
|
Zainab al-Sughra
|
‘Aun
|
Ummu Hani
|
Yahya
|
Fathimah al-Sughra
|
Muhammad al-Ausath
|
Umamah
|
Utsman al-Ashghar
|
Khadijah al-Sughra
|
Abbas al-Ashghar
|
Ummu al-Hasan
|
Ja'far al-Ashghar
|
Ummu Salamah
|
Umar al-Ashghar
|
Hamamah
|
Umar al-Akbar
|
Ummu Kiram
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar